Tampilkan postingan dengan label NU. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NU. Tampilkan semua postingan

Minggu, 27 Maret 2016

Dalam Perang Timteng, Jika Anda Sudah Memihak Salah Satu, Ini Akibatnya

Pesantren Al-Amien Purwokerto - Terkait konflik di Timur Tengah, utamanya di Suriah, saya memiliki kesimpulan, hasil dari pelbagai diakusi, baik di WhatsApp, live (bertemu fisik), grup maupun privat dengan beberapa kolega, teman, dan lainnya. Kesimpulan tersebut saya ambil dari peristiwa yang pernah terjadi di Indonesia, adapula dari Arab Spring.

Dalam Perang Timteng, Jika Anda Sudah Memihak Salah Satu, Ini Akibatnya
Dalam Perang Timteng, Jika Anda Sudah Memihak Salah Satu, Ini Akibatnya


Berdasarkan pengalaman saya pribadi ketika hidup dan bergaul dengan warga di Saudi Arabia pada tahun 2011 dan di Syams pada tahun 2013, ada baiknya kita melihat dulu siapa yang menjadi target habis dalam sebuah konflik perang antar saudara.

Para pemuja konflik (saya akan menyebut orang-orang ini dengan julukan shahibul qitaal), dalam kesimpulan saya, mereka ini memang sepertinya mendukung salah satu pihak, tapi, pada hakikatnya, yang mereka dukung itu adalah konflik itu sendiri, bukan perdamaian.

Mengapa? Fakta menunjukkan, orang yang menjadi target utama pembantaian mereka rata-rata adalah tokoh moderat, yang terbukti tidak punya keinginan untuk melanjutkan konflik dan peperangan, apalagi mennciptakan konflik susulan.

Lihatlah bagaimana Mohammad Al Mansouri, Imam masjid Mosul itu, dibantai oleh shohibul qital. Syeikh Ramadhan Al Bouthi juga dibom dalam majelisnya. Begitu pula Syeikh Husein Al Bari Alaydrus, Yaman, dibunuh secara sadis oleh shohibul qital. Syeikh Sulaiman Abu Haraz al-Sawariki al-Asya'ri al-Syafii al-Syadzili pun akhirnya menjadi sasaran terbaru pembunuhan shohibul qital, pendamba perang.

Pertanyaannya, apakah nama-nama yang mereka bunuh di atas adalah pendukung salah satu pihak yang sedang berkonflik? Tentu tidak, itu jika kita mau jawab dengan jujur. Mereka adalah pengusung sekaligus pendukung perdamaian. Anda tidak akan menerima jawaban ini jika sudah mendukung salah satu pihak, walau Anda warga negara Indonesia.

Para tokoh yang dibunuh oleh shohibul qital di atas memiliki kesadaran tinggi bahwa perang sesama muslim dengan bungkusan fitnah membabi buta adalah ritual yang paling dikehendaki dan diridloi oleh Iblis. Dalam perang saudara, baik lawan maupun kawan, sama-sama ada teriakan Allahu Akbar, tapi, bagi saya, mereka tidak ada yang syahid karena yang dibunuh adalah saudara sendiri-seiman.

Jadi, kalau Anda punya pertanyaan tentang siapa yang harus dibela dalam pusaran setiap konflik, saya sarankan Anda membela perdamaian. Mengapa? Islam tidak akan mulia bila hanya dibangun dari ujaran penuh fitnah seperti ISIS dan semua bentuk kekerasanya.

Islam juga tidak akan mulia ketika kita takut untuk bersaing dengan negara lain, target dunia lain, jenis kuasa lain. Persaingan tidak bisa dihindari mengingat sudah ada perjanjian kerjasama dengan di tingkat dunia, bersama masyarakat dunia.

Islam juga tidak akan mulia kalau kita menjadi hamba aseng (Jepang), asing (Barat) dan acong (Tiongkok). Sadarlah, persaingan antar mereka di Indonesia, mengakibatkan konflik di antara kita jika yang kita lakukan hanya menggerutu dan ngambek-ngambek sendiri. Jagalah perdamaian bumi pertiwi ini demi menjaga martabat Islam, bangsa dan negara. Salam waras! [Pesantren Al-Amien Purwokerto]

Dari : http://www.dutaislam.com/2017/01/dalam-perang-timteng-jika-anda-sudah-memihak-salah-satu-ini-akibatnya.html

Kamis, 14 Januari 2016

Snouck Hugronje dalam Narasi Islam Nusantara

Kajian tentang sejarah Islam di kawasan Nusantara, saat ini menjadi bagian penting untuk memahami alur, formasi dan spektrum Islam di negeri ini. Pemahaman tentang masuknya Islam di negeri ini, menjadi penting untuk memahami tentang nilai-nilai Islam di Nusantara, pada masa lalu, kini dan mendatang. Memahami sejarah ini menjadi penting, ketika saat ini terjadi kegagalan dalam memahami nilai dan wajah Islam khas Indonesia. Kampanye-kampanye dari sebagian kelompok ormas radikal yang menginginkan bangkitknya khilafah Islamiyyah, merupakan sebagian dari narasi kegagalan membayangkan masa lalu, bagi muslim di Indonesia.

Snouck Hugronje dalam Narasi Islam Nusantara
Snouck Hugronje dalam Narasi Islam Nusantara


Lalu, bagaimana memahami sejarah Islam di Nusantara? Karya penting Professor Michael Laffan, dalam buku “Sejarah Islam di Nusantara” menjadi rujukan penting untuk memami Islam di masa lalu, kini dan bahkan mendatang. Buku ini, merupakan terjemahan dari karya risetnya, “The Making of Indonesian Islam”, yang berisi argumentasi tentang bagaimana nilai-nilai Islam Indonesia dibentuk. Sebelumnya, Laffan telah menulis beberapa karya pentingnya, semisal “Islamic Nationhood and Colonial Indonesia: The Umma Below the Wind”, dan beberapa karya lainnya.

Karya Laffan dapat dibaca sebagai rangkaian narasi tentang sejarah besar masuknya Islam di kawasan Nusantara. Selain Laffan, riset Azyumardi Azra dapat menjadi pembandingnya: The Transmision of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle-Eastern and Malay Indonesian (1992).

Karya Azra menganalisis secara mendalam jaringan ulama Nusantara dan Hijaz pada abad 17 dan 18. Sedangkan, Laffan secara tekun mengkaji era kolonial sebagai spektrum utama karyanya, dengan melibatkan isu modernisme, globalisasi dan agama.

Buku ini membahas beberapa rumusan penting, yang beranjak dari pertanyaan-pertanyaan ini: Apa yang dianggap sebagai unsur-unsur Islam Indonesia? Siapa yang telah membuatnya? Buku ini dimaksudkan untuk mendorong tantangan bahwa membaca kolonialisme bukan hanya sebagai kisah bangkitnya modernitas, melainkan sebagai perjumpaan-perjumpaan konsep tentang bangsa, modern, dan agama agar lebih memiliki makna. Sebelumnya, dalam karya-karya risetnya, Laffan telah menunjukkan bahwa Islam memiliki kontribusi penting dalam proses terbentuknya Indonesia. Dalam karya ini, Laffan menyelediki bagaimana Islam dibentuk dan ditafsirkan oleh beragam aktor, termasuk orang-orang Kristen di negeri ini.

Menulis Sejarah: Snouck dan Geertz

Dalam buku ini, Laffan mengisahkan dua tokoh penting yang menjadi figur utama narasi Islam di Nusantara: Snouck Hugronje dan Clifford Geertz. Dalam catatan Laffan, Clifford Geertz telah menjelajah Jawa dan Bali untuk mengkaji tentang dinamika Islam di negeri ini. Ia menulis beberapa karya penting, semisal Agricultural Involution (1963), Islam Observed (1968), Negara (1980), serta masterpiecenya berupa Religion of Java, yang berpengaruh sejak 1960.

Sedangkan, Snouck Hugronje merupakan sosok yang penting sekaligus unik. Christian Snouck Hugronje (1857-1936) merupakan orientalis Belanda, barisan penasihat pemerintah Hindia Belanda. Ia lahir di Oosterhout pada 8 Februari 1857, meninggal di Leiden pada 15 Juni 1936. Snouck dibesarkan dari keluarga pendeta Protestan yang sangat konvensional dan ortodok. Pada masa belajar, situasi akademik di Belanda sudah sangat liberal, dengan perbandingan agama dan sejarah yang kental. Pada waktu itu, studi sejarah agama dipengaruhi oleh teori-teori Darwin yang menyajikan hipotesis bahwa kebudayaan Eropa dan agama Kristen merupakan titik puncak dari proses perkembangan kebudayaan dunia.

Pada 1984, Snouck mendapatkan tugas dari kementrian Urusan Jajahan negeri Belanda untuk belajar bahasa Melayu ke kawasan Asia. Karena hambatan politis, Snouck kemudian belajar bahasa Melayu kepada orang-orang Nusantara yang sedang naik Haji. Selama enam bulan di Arab, Snouck dengan gigih belajar bahasa Melayu. Ia dekat dengan salah satu putra pribumi yang berasal dari Priangan, Raden Aboe Bakar Djajadiningrat. Snouck mengubah namanya menjadi Abdul Ghafar, ketika melakukan riset di Makkah. Di kota ini, Snouck berusaha menjalin kontak dengan ulama-ulama Hijaz, juga kepada orang-orang Nusantara yang berada di Makkah. Snouck mengaji beberapa kitab penting, yang menjadi rujukan orang-orang Islam di kawasan Nusantara.

Kemudian, pada 1885, Snouck menuju kawasan Nusantara. Tugas pertama, ditempatkan di Serambi Makkah, yakni Nangroe Aceh Darussalam. Di Aceh, Snouck berkawan dengan beberapa ulama yang dekat dengan istana, semisal Habib Abdurrahman az-Zahir. Selang beberapa tahun, Snouck bertugas di Jawa. Ia menjadi salah satu penasehat penting pemerintah Hindia Belanda, yang dengan rajin memberikan nasihat-nasihat tertulis dan riset-riset ilmiah.

Laffan mencatat, “dalam perannya sebagai mufti tidak resmi bagi Hindia Belanda yang tidak dapat disangkal keislamannya, Snouck dipandang sebagai pelayan bagi negara dan Islam sekaligus. Pelayan semacam itu, membuat jengkel para misionaris yang semula memberikan data etnografis dan sambutan hangat kepada cendekiawan itu. Para misionaris menganggap Snouck sedang mengislamkan Jawa, sementara sebagian orang Arab khawatir bahwa Snouck menjadi juru dakwah untuk melempangkan ajaran Kristen” (hlm. 200)

Membaca sejarah Islam di Nusantara menjadi petualangan untuk mengkaji spektrum luas tentang beragam kisah, ideologi, mazhab dan ritual muslim di negeri ini. Buku Laffan, dengan argumentasi yang kuat, mengisahkan sejarah Islam Nusantara sebagai bagian tak terpisahkan dari narasi kolonial. Bahwa, sejarah kolonialisme turut mewarnai terbentuknya nilai-nilai Islam di Nusantara. Pesantren Al-Amien Purwokerto

Penulis : Prof. Michael Laffan|

Judul : Sejarah Islam di Nusantara|

Penerbit : Bentang, September 2015

ISBN : 978-602-291-058-9 |

IDR : 89.000 Peresensi : Munawir Aziz, penulis buku dan editor di www.islami.co Twitter : @MunawirAziz

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/01/snouck-hugronje-dalam-narasi-islam.html

Jumat, 10 Oktober 2014

Katib Syuriah PWNU Jabar: Toleransi Kewajiban Seluruh Manusia

Bandung, Pesantren Al-Amien Purwokerto. Katib Syuriah PWNU Jawa Barat Prof KH Rachmat Syafei mengatakan perbedaan penentuan Hari Raya Idul Adha sebetulnya bukan hanya terjadi antara NU dan Muhammadiyah saja, bahkan di kalangan NU sendiri juga bisa saja berbeda karena berlainan metode penetapan awal bulan.

Menurut Kiai Rachmat perbedaan pendapat sudah biasa terjadi di kalangan ulama salaf dan di pesantren-pesantren, tinggal bagaimana memahami alasan dan dasar yang dipegang. Jika sudah dipahami, saling menghormati itulah yang harus dikedepankan, terangnya Sabtu pagi (4/10).

Katib Syuriah PWNU Jabar: Toleransi Kewajiban Seluruh Manusia (Sumber Gambar : Nu Online)
Katib Syuriah PWNU Jabar: Toleransi Kewajiban Seluruh Manusia (Sumber Gambar : Nu Online)


Katib Syuriah PWNU Jabar: Toleransi Kewajiban Seluruh Manusia

Sikap masyarakat, lanjut dia harus kembali pada pendapat yang diyakini karena persoalan ini adalah masalah ibadah. Supaya tidak tersinggung, Kiai Rachmat mengajak masyarakat supaya saling memahami.

Pesantren Al-Amien Purwokerto

Baginya, toleransi itu sangat penting, yang tidak boleh adalah saling menyalahkan. Ia menjelaskan bahwa toleransi adalah mengajak orang untuk memahami dan bertanya kepada ahlinya. Dianggap penting karena toleransi pengaruhnya sangat besar. Toleransi adalah sesuatu yang menjadi kewajiban bagi seluruh manusia, tegas Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu.

Kiai yang juga menjadi ketua bidang Fatwa MUI Jawa Barat ini berharap kepada masyarakat supaya meningtkatkan kesadaran toleransi dalam beragama. Ujung-ujungnya inti dari agama, kata dia, adalah memberi nasihat, oleh karena itu harus saling menasihati.

Tingkatkan pengetahuan dengan bertanya kepada ahlinya supaya objektivitasnya tinggi, sehingga agama tidak dipengaruhi emosional yang kaku. Agama memang ada sikap emosional tetapi emosional yang tidak berdasarakan syariah, maka akan terjadi pertentangan yang tidak perlu, tambah Kiai Rachmat.

Pesantren Al-Amien Purwokerto

Jadi pendekatan utama adalah tidak berdasarkan dalil, tapi bagaimana agama disikapi dengan toleransi dan saling menasehati, pungkas pengasuh pondok Pesantren Al-Wafa, Cibiruhilir, Cileunyi, Kabupaten Bandung. (Muhammad Zidni Nafi/Abdullah Alawi)

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/54901/katib-syuriah-pwnu-jabar-toleransi-kewajiban-seluruh-manusia

Pesantren Al-Amien Purwokerto

Sabtu, 19 Juli 2014

LAZIS NU Gelar Sahur Bersama 5000 Dhuafa

Jakarta, Pesantren Al-Amien Purwokerto. Berbagi Sahur Tanda Syukur. Itulah salah satu program yang dilaksanakan Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqoh Nahdlatul Ulama. Sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan semangat berbagi kepada sesama, selama bulan Ramadhan 1432 H, Lazisnu bekerja sama dengan beberapa yayasan, komunitas dan lembaga sosial mengadakan sahur bersama.

Rabu, 24 Agustus 2011. Waktu masih menunjukkan pukul 03.00 WIB. Namun suasana di pemukiman kumuh kawasan Taman Surya, Poris Pelawad, Kalijodoh, Jakarta Utara, dini hari cukup ramai. Seratusan orang tua dan muda terlihat cukup antusias untuk mendatangi salah satu pos yang ada di kawasan padat penduduk itu. Di pagi dini hari itulah, Lembaga Amil Zakat, Infak dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (Lazisnu) mengadakan salah satu program khususnya di bulan Ramadhan, Berbagi Sahur Tanda Syukur, Sahur Bersama dengan 50.000 Dhuafa.

LAZIS NU Gelar Sahur Bersama 5000 Dhuafa (Sumber Gambar : Nu Online)
LAZIS NU Gelar Sahur Bersama 5000 Dhuafa (Sumber Gambar : Nu Online)


LAZIS NU Gelar Sahur Bersama 5000 Dhuafa

Di kawasan yang banyak dihuni oleh para pengemis, pemulung dan para wanita mantan Pekerja Seks Komersial (PSK) ini, Lazisnu bekerja sama dengan Persatuan Antar Radio Komunitas (PARADITAS) menggelar acara sahur bersama. Tahyudin Aditya, Ketua PARADITAS yang menjadi panitia pelaksana acara ini mengaku senang dan bahagia. Dengan bantuan paket sahur yang diberikan oleh lazisnu, dia bersama kawan-kawan komunitas radio bisa berbagi dan melihat keceriaan di wajah para kaum dhuafa yang termarginalkan. Dia juga bersyukur bisa berpartisipasi dalam acara yang bermanfaat ini.

Ada lagi cerita sahur bersama yang diadakan Lazisnu di bawah jembatan flyover di kawasan Pasar Slipi, Jakarta Barat, (22/8). Di bawah jembatan yang banyak dihuni oleh para kuli panggul pasar ini, acara sahur terbilang sukses. Sekitar 150-an orang yang sebagian besar adalah kuli panggul dan tukang parkir ini ikut menyemarakkan acara sahur bersama Lazisnu.

Pesantren Al-Amien Purwokerto

Pesantren Al-Amien Purwokerto

Saya bersyukur sekali Lazisnu mengadakan sahur bersama kami di sini. Sebagai kuli panggul yang penghasilannya tidak seberapa, paket sahur ini sangat berarti buat kami. Jangankan makan untuk sahur, untuk makan berbuka saja kami kesulitan. Terima kasih banyak Lazisnu, lirih Madi, salah satu kuli panggul di Pasar Slipi yang merasa senang dengan acara sahur ini.

Sahur bersama juga diadakan Lazisnu di pemukiman para nelayan dan kuli pasar ikan di kawasan Tempat Pelelangan Ikan Muara Kamal, Jakarta Utara. Antusiasme para penerima paket sahur di tempat ini juga tidak kalah ramai dengan beberapa tempat lainnya. Ada sekitar 150-an kaum dhuafa yang sebagian besar kuli pasar yang mengikuti acara ini. Para kaum ibu di pemukiman padat penduduk ini rata-rata mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Lazisnu atas kesediaannya berkunjung dan membagikan paket sahur kepada mereka.

Joko Krismiyanto, ketua panitia pelaksana sahur bersama Lazisnu di sela-sela kesibukannya mengatur acara sahur bersama di puluhan titik itu mengatakan bahwa acara sahur ini adalah yang pertama kali diadakan oleh Lazisnu dan terbilang cukup sukses. Rasa capek dan letih mengurus beragam persiapan sahur terasa hilang begitu melihat wajah-wajah ceria nan bahagia para kaum dhuafa ketika mendapatkan paket untuk makan sahur mereka.

Acara sahur bersama Lazisnu ini memang tidak hanya diadakan di satu wilayah saja. Ada puluhan titik yang dilaksanakan selama bulan ramadhan. Selain di tiga tempat tadi, secara keseluruhan Lazisnu telah menyalurkan sekitar 5.000 paket sahur di 25 titik komunitas pengemis, pemulung, anak-anak yatim, fakir-miskin dan kaum dhuafa di Tangerang, Sukabumi, Bogor, Depok, Bekasi, Jakarta dan beberapa daerah lainnya. Dengan menjalin kerjasama dengan beberapa organisasi masyarakat, komunitas, masjid dan lembaga sosial, acara sahur bersama ini terbilang cukup sukses dan lancar.

KH. Masyhuri Malik, Ketua PP Lazisnu di sela-sela kesibukannya menyatakan bahwa acara Sahur Bersama ini diadakan atas dasar semangat berbagi dan memberi. Karena di bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan dan kemuliaan serta bulan yang sarat dengan semangat-semangat berbuat kebajikan, masih saja terdapat sudut berbeda dengan realita yang cukup miris dan menyedihkan. Ramadhan rupanya hanya bisa dirasakan dan dinikmati oleh kaum berpunya saja. Tapi bagi keluarga miskin, ternyata Ramadhan masih dirasakan sebagai bulan yang biasa, di mana mereka harus tetap bekerja banting tulang untuk mendapatkan sesuap nasi.

Karena itulah, menurut KH. Masyhuri Malik, melalui program Ramadhan, Lazisnu berusaha mengadakan beragam kegiatan kepedulian bagi kaum dhuafa agar keberkahan yang Allah berikan di bulan yang penuh berkah ini dapat dirasakan oleh semua pihak. Tidak hanya untuk para muzakki namun juga untuk para mustahiq, agar mereka dapat merasakanya bahwa Ramadhan tahun ini menjadi ramadhan milik semua.

Di kesempatan yang berbeda, Amir Maruf, Direktur Eksekutif Lazisnu menyatakan bahwa program kegiatan Ramadhan yang diadakan Lazisnu tahun ini cukup padat. Ada beragam kegiatan yang dikemas cukup menarik dan bermanfaat. Selain Sahur bersama, Lazisnu juga mengadakan kegiatan Buka Puasa Bersama Para Pemulung, penyaluran bingkisan lebaran kepada 15.000 fakir miskin dan dhuafa, Road Show Motivasi Zakat, dan Pesantren Ramadhan bersama 1.000 Anak Jalanan di Masjid At-Tin.

Redaktur: Mukafi Niam

Dari (Warta) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/33678/lazis-nu-gelar-sahur-bersama-5000-dhuafa

Pesantren Al-Amien Purwokerto

Senin, 17 Juni 2013

Kunci Ngaji Al-Quran Menurut Kyai Arwani

Pesantren Al-Amien Purwokerto - KH Arwani Amin Kudus Rahimahullah pernah memberikan wejangan kepada santri-santrinya. Berikut pesan KH. Arwani Amin:

Kunci Ngaji Al-Quran Menurut Kyai Arwani - Pesantren Al-Amien Purwokerto
Kunci Ngaji Al-Quran Menurut Kyai Arwani - Pesantren Al-Amien Purwokerto


Kunci Ngaji Al-Quran Menurut Kyai Arwani

Kuncine Ngaji Al Qur'an iku ono telu: 1. Ojo nyawang sopo gurune (Jangan melihat siapa gurunya)

2. Ora usah isin karo umur (Jangan malu karena umur)

3. Suwe waktune (lama waktu tempuhnya)

------------------ Ora gelem ngaji Al Qur'an mergo pangkat/kedudukan gurune luwih rendah? Gusti Kanjeng Nabi Muhammad Saw iku muride malaikat Jibril As ing babakan Wacan Al Qur'an. Beliau ora isin ngaji Al Qur'an (musyafahah) marang Malaikat Jibril senajan secara pangkat derajat/kedudukan malaikat Jibril as iku luwih rendah.

Artinya: Tidak boleh ada lagi alasan tidak mau mengaji al Qur'an karena kedudukan guru lebih rendah. Nabi Muhammad saw saja tidak malu mengaji alquran kepada malaikat jibril walaupun derajat Rasululloh jauh diatas malaikat Jibril. KH Arwani Amin Kudus (Sarung putih) diapit oleh KH. Rofiq Hadziq alm (kanan)

dan KH. Ahmad Manshur alam (kiri). Dok. Madrasah TBS Kudus

Males ngaji Al Qur'an mergo umur wis Tua? Gusti kanjeng Nabi Muhammad Saw iku mulai ngaji Al Qur'an marang malaikat Jibril as umur 40 tahun.

Artinya: Tidak boleh ada lagi alasan tidak mau mengaji Al Qur'an karena umur sudah tua. Nabi Muhammad saja mulai belajar al Qur'an kepada malaikatJibril pada umur 40 tahun.

Isin ngaji Al Qur'an mergo suwe waktune? Kanjeng Nabi Saw ora pernah ngrasa isin (minder) ngaji Al Qur'an marang malaikat Jibril as awit beliau Saw umur 40 tahun tekane 63 tahun (wafat).

Artinya: Tidak boleh ada lagi alasan tidak mau mengaji al Qur'an karena waktunya lama. Nabi Muhammad saja menerima wahyu al Qur'an 23 tahun lamanya. [Pesantren Al-Amien Purwokerto]

Dari : http://www.dutaislam.com/2015/11/kunci-ngaji-al-qur-menurut-kyai-arwani.html

Sabtu, 19 Januari 2013

Kemeriahan Peringatan Satu Suro di Solo

Solo, Pesantren Al-Amien Purwokerto. Peringatan Tahun Baru Hijriah di Solo juga diselenggarakan di berbagai tempat. Ada yang mengadakan pengajian, lomba, karnaval, dan sebagainya. Namun yang paling ditunggu-tunggu, tentu semarak 1 Suro (1 Muharram) yang diadakan di dua tempat, Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran Surakarta.

Di Alun-alun Kidul, Kirab 1 Suro 1435 Hijriah oleh Keraton Kasunanan Surakarta, Selasa (5/11) dini hari, berlangsung berbeda. Bila biasanya kerbau Kiai Slamet diarak bersama sejumlah senjata pusaka, kali ini pusaka milik Kasunanan Surakarta tersebut tidak dikeluarkan.

Kemeriahan Peringatan Satu Suro di Solo (Sumber Gambar : Nu Online)
Kemeriahan Peringatan Satu Suro di Solo (Sumber Gambar : Nu Online)


Kemeriahan Peringatan Satu Suro di Solo

Keputusan tersebut diduga untuk menghormati ketidakhadiran sang raja Sinuhun PB XIII sebagai raja pada acara tersebut.

Tidak ada pusaka yang dikirab malam ini karena memang yang berhak mengeluarkan pusaka hanya Sinuhun. Ini bukti bahwa kami tidak berniat menyingkirkan beliau dan masih mengakui beliau sebagai raja, kata Wakil Pengageng Museum dan Pariwisata, KRMH Satryo Hadinagoro.

Pesantren Al-Amien Purwokerto

Meskipun demikian, kirab tetap berlangsung semarak. Masyarakat dengan antusias menunggu kedatangan kerbau-kerbau keturunan Kiai Slamet, di pinggir jalanan yang menjadi rute kirab. Sebagian dari mereka bahkan terlihat memperebutkan kotoran kerbau, yang menurut mereka dapat menambah kesuburan sawah.

Pesantren Al-Amien Purwokerto

Jamasan di Mangkunegaran

Sementara itu, di Keraton Mangkunegaran Surakarta, peringatan malam 1 Suro ditandai dengan acara jamasan yang diadakan di depan Pendopo Pura Mangkunegaran Surakata, Senin (4/11) malam.

Acara tersebut didatangi oleh warga dari berbagai daerah seperti Boyolali, Karanganyar, Salatiga, dan beberapa wilayah lainnya. Warga yang datang ingin mendapatkan berkah dari air kembang setaman bekas jamasan pusaka yang dipercaya dapat memberikan kesehatan, berkah, kepintaran, serta kepercayaan lainnya.

Salah satu pengunjung asal Salatiga, Wati, mengatakan dirinya percaya kalau air jamasan ini membawa berkah.

Ini biar diberi kesehatan, apalagi kalau diusapkan ke bagian tubuh yang sakit. Dipercaya bisa menyembuhkan, saya setiap tahun selalu datang kesini untuk mendapat air yang dipercaya membawa berkah ini, ungkapnya. (Ajie Najmuddin/Mahbib)

Foto: Warga sedang antusias berebut Jemasan

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/48055/kemeriahan-peringatan-satu-suro-di-solo

Pesantren Al-Amien Purwokerto

Sabtu, 17 Maret 2012

Bima Arya Larang Pelantikan Pengurus Anti-Syiah Bogor

Bogor - Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, tak akan memberi izin pengukuhan dan pelantikan Aliansi Nasional Anti-Syiah yang akan digelar pada Ahad, 22 November 2015, di Aula KONI Gelanggang Olahraga Kota Bogor.

Bima juga menyangkal akan hadir membuka acara tersebut seperti tertera dalam selebaran ANNAS. Dalam pamflet itu, Bima disebut akan memberi keynote speech bersama anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Didin Hafiduddin. “Tidak benar isi selebaran itu, saya tidak pernah memberi konfirmasi akan hadir,” kata Bima kepada Tempo pada Kamis, 19 November 2015.

Bima Arya Larang Pelantikan Pengurus Anti-Syiah Bogor - Pesantren Al-Amien Purwokerto
Bima Arya Larang Pelantikan Pengurus Anti-Syiah Bogor - Pesantren Al-Amien Purwokerto


Bima Arya Larang Pelantikan Pengurus Anti-Syiah Bogor

Surat undangan dan permohonan acara itu, kata Bima, dikirim pengurus ANNAS beberapa hari lalu ke kantornya. “Undangan saya terima tapi tidak saya respon,” katanya. "Dan tidak akan saya izinkan."

Pesantren Al-Amien Purwokerto

Bima menyayangkan acara tersebut dan selebaran yang memuat nama dan fotonya sebagai pembicara. Menurut dia, dalam situasi saat ini sangat penting menjaga kebersamaan dan menguatkan silaturahmi. “Demi kesejukan Kota Bogor,” kata dia.

Bima sedang menghadapi somasi masyarakat atas pelarangan Asyura, peringatan gugurnya Hussain bin Ali, cucu Nabi Muhammad, oleh umat Syiah tiap 10 Muharam pada pertengahan Oktober lalu. Bima Arya mengeluarkan surat edaran larangan peringatan Asyura dengan alasan menjaga keamanan.

Surat edaran itu segera memicu kontroversi karena Bima dinilai tak menghargai keragaman keyakinan. Bima kian dikecam karena memberikan pidato dalam Konferensi Wali Kota Sedunia di Florence, Italia, tentang persatuan dalam keberagaman. Surat edaran itu membuat responden dalam survei Setara Institute menobatkan Bogor sebagai kota paling tak toleran se-Indonesia.

Pesantren Al-Amien Purwokerto

Dalam wawancara dengan Tempo pekan lalu, Bima mengaku belajar dari keputusannya membuat edaran larangan Asyura yang menimbulkan kegaduhan. “Dalam konteks dimensi dan ruang yang lebih luas, larangan itu melanggar konstitusi,” katanya. (Bagja Hidayat)

Dari : http://www.dutaislam.com/2015/11/bima-arya-larang-pelantikan-pengurus.html

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Pesantren Al-Amien Purwokerto sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Pesantren Al-Amien Purwokerto. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Pesantren Al-Amien Purwokerto dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock