Pesantren Al-Amien Purwokerto - Hoax, yang seharusnya dibaca hōks, tapi kita di sini lebih senang membacanya seperti orang ingin muntah (howaks), berarti "memperdayai" atau "mengelabui". Tapi, hoax sekarang ini disamakan dengan "berita yang membohongi".
Darimanakah Datangnya Hoax? |
Laporan Majalah Tempo (2 Januari 2017) membedakan hoax (berita palsu) dari fake news (berita rekayasa). Secara sangat ringkas, hoax masih menampilkan fakta tapi dilebih-lebihkan atau dipelintir untuk mendukung isu yang sedang aktual diperbincangkan. Fake news tidak merujuk fakta apa pun. Atau, kalau itu berupa foto adalah hasil penyuntingan. (Contoh: Tifatul Sembiring Ngapain Ikut Sebar Hoax)
Tujuan hoax dan fake news serupa belaka: membohongi orang lain dengan merekayasa fakta yang ada menjadi sangat provokatif atau menampilkan "fakta" dari praktik-prakti ilusif. Misalnya, tenaga kerja asing yang berasal dari Cina secara faktual berjumlah puluhan ribu. Oleh pembuat hoax digelembungkan menjadi dua puluhan juta. Tujuannya adalah menciptakan kekisruhan dan memompa semangat kebencian terhadap etnis Tionghoa.
Dalam jurnalisme tabloid yang menyukai kehebohan itu, hoax diarahkan ke dalam mantra: if it bleeds, it leads. Jika informasi yang dipelintir itu menciptakan pertikaian yang sungguh brutal, maka semakin pula layak dirayakan penuh kehebohan.
Hoax, sebenarnya, tidak muncul pada era digital ini . Secara etimologis (awal mula), kata ini diketahui telah ada sekitar 1796 untuk merujuk kata hocus. Kata itu, demikian Robert Nares (1753-1829) menjelaskan, merupakan ringkasan dari kata hocus pocus: sebuah jargon yang dipakai oleh pesulap yang berlagak. Hocus sendiri bermakna sebagai menipu atau mengibuli.
Jadi, hoax, hocus, juga hocus pocus di era internet ini merupakan hasil permainan yang menjadikan khalayak tersihir oleh muslihat hebat para pesulap informasi. Aksi tipu-tipu itu menjadikan orang banyak terkesima dan terpana. Tapi, ekspresi selanjutnya bukanlah wajah-wajah yang menghadirkan kekaguman, melainkan silang sengketa yang menggelontorkan perbantahan dan bahkan perkelahian.
Dari manakah datangnya hoax? Memang sulap dan memang sihir: dari "sulap fakta" turun ke "gelap mata". Begitulah. [Pesantren Al-Amien Purwokerto]
Dari : http://www.dutaislam.com/2017/01/darimanakah-datangnya-hoax.html
EmoticonEmoticon